Sepekan telah berlalu
meninggalkan hari raya Idul Fitri yang hingga kini masih menyisakan ingatan
kita pada momentum tersebut. Wajah sederet para pemudik dan perantau yang
memadati ruas-ruas jalan mengindikasikan para migran dengan jumlah fantastis
datang dari daerah ke ibukota. Sementara itu, kontribusi para perantau khususnya
yang berasal dari Jawa Tengah sangat digadang-gadang oleh pemerintah daerah untuk
turut membangun daerah asalnya.
Migran
Risen di Kota Metropolis
Mengutip Harian Kompas
(11/7/2016) yang bersumber dari Litbang “Kompas”/C12/C13/XNA bahwa jumlah migran
risen DKI Jakarta didominasi penduduk yang berasal dari wilayah Pulau Jawa,
khususnya Jawa Tengah dengan posisi rating teratas berada pada angka 215.539
orang. Beragam alasan menjadi faktor pendorong para migran untuk meningkatkan
taraf hidup mereka dengan beralih ke kota lain. Pesona ibu kota dan daya tarik
tersendiri menjadi satu dari sekian pertimbangan mereka. Beragam reklame
lowongan pekerjaan penempatan Kota Metro
bertebaran di setiap halaman media cetak, mulai dari kolom seukuran
liliput hingga seukuran giant dengan kombinasi
warna-warni profil sebuah perusahaan pencari tenaga kerja. Tak heran jika hal-hal
tersebut ditengarai menjadi pilihan para pencari pekerjaan dalam menentukan
nasib mereka. Namun di sisi lain, gemerlap kota besar mendorong angka
kriminalitas yang tajam. Meningkatnya kawasan pemukiman liar menjadi dampak
signifikan seiring bertambahnya volume para migran yang tak terbendung.
Branding
“Jateng Gayeng”
Potensi
ekonomi dan posisi strategis yang dimiliki Central
Java mendorong terwujudnya kebijakan pembangunan ekonomi Jateng yang
memfokuskan pada 4 sektor yang dikenal dengan INTANPARI, yaitu Industri dan
Perdagangan, Pertanian, dan Pariwisata. Tampilnya beragam industri yang
tersebar di Pulau Jawa membuka peluang warga Jawa Tengah untuk dapat mencari
segenggam emas dan sebongkah berlian yang tak harus mereka cari di Kota
Metropolitan seperti Jakarta. Peluncuran logo dan tagline Jateng Gayeng sarat makna dengan 35 kabupaten/ kota yang
memiliki potensi ekonomi besar dalam pembangunan Jawa Tengah. Tak mustahil bila
keunggulan yang dimiliki sektor-sektor di Jawa Tengah menjadi kekuatan besar
dengan banyaknya proyek yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Peran investor
terus mengalir ditambah dengan tingkat penerimaan investasi di Jawa Tengah yang
pada kuartal I/2016 telah mencapai Rp8,23 triliun mampu menjadikan Jateng
sebagai raksasa industri di Pulau Jawa.
Kapasitas dan Kapabilitas Tenaga Kerja
Munculnya sektor
INTANPARI menuntut para pencari kerja memiliki kualitas terdepan yang mampu
menjadi motor penggerak pembangunan. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di
sela-sela sambutannya dalam momen Halal Bi Halal yang dilansir dalam Harian
Kompas, Selasa (12/7/2016) mengemukakan opininya, bahwa rendahnya penyerapan
tenaga kerja lokal ada kemungkinan disebabkan oleh dua hal. Pertama, minimnya
sosialisasi adanya industri baru di daerah, serta kurangnya tenaga kerja
terampil. Fenomena yang tidak asing lagi bagi kita dengan dua poin yang mencuat
dari sebuah pemikiran sang Gubernur. Sosialisasi dan mutu tenaga kerja yang
dimiliki hingga saat ini masih dinilai minimalis dan jauh dari harapan.
Realita tersebut perlu
mendapat perhatian khusus, terutama berkaitan dengan tugas pemerintah daerah di
dalam pengelolaan dan sistem ketenagakerjaan yang saling berintegrasi sehingga
menghasilkan para pencari kerja yang siap pakai dan high quality di dalam menyambut sektor-sektor industri baru di Jawa
Tengah. Dalam menangani permasalahan yang ada tidak menutup kemungkinan adanya
kolaborasi antara pemerintah daerah dengan swasta. Pemerintah daerah merentangkan
kedua tangannya bersama SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) seperti Dinas Sosial
dan Ketenagakerjaan setempat di dalam memberikan informasi industri yang membutuhkan
tenaga kerja, baik melalui media masa maupun publikasi via website yang menyediakan content
lowongan kerja di dalamnya. Hal ini pun sekaligus mewujudkan layanan pemerintah
kepada publik berbasis elektronik atau dikenal dengan istilah e-government. Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan pun tak luput dari perannya dengan meluncurkan
para penyuluh handal dalam mengadakan program pelatihan bagi para tenaga kerja
yang nantinya selain memiliki bekal dan kualitas yang dibutuhkan sektor industri juga
mampu menjadi wirausahawan mandiri yang dapat menciptakan lapangan kerja.
Tantangan pemerintah
dalam keterbatasan anggaran terjawab oleh peran swasta dalam aspek pendanaan.
Skema kerjasama antara pemerintah dan swasta di dalam pembangunan yang lebih
sistematis dan berkesinambungan perlu dioptimalkan. Penyaluran kredit oleh
swasta dapat memacu kegiatan pembangunan di sektor ekonomi yang dapat membantu
tugas pemerintah.
Jateng
Sejahtera dan Berdikari
Sketsa kerjasama antara
pemerintah daerah, swasta, stakeholders
serta para pelaku usaha dalam meningkatkan infrastruktur guna mempercepat
pembangunan Jawa Tengah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja menjadi hal yang patut digarisbawahi demi
mewujudkan visi Jawa Tengah. Impian untuk menjadi sebuah provinsi besar dan
mandiri dapat terwujud dengan berbekal tenaga kerja yang mayoritas berasal dari
daerah asal, berkemampuan super layaknya raksasa yang tetap kuat di dalam
menggerakkan potensi ekonomi Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.