That's why, aku menerima lamaran dia. 

Yes! Dia adalah suamiku. Nama lengkapnya Yulius Lilik Andoko. Kami menikah tanggal 27 Desember 2016 yang lalu. Bisa dikatakan saat postingan ini dipublish, kami masih berstatus pengantin baru. Pria yang lahir tanggal 1 Agustus 1983 ini sewaktu pacaran selalu aku panggil, "teMbem". Karena memang pipinya tembem. Banyak sekali sifatnya yang menyerupai aku. Kita sama-sama perfeksionis. Tetapi, jika dinilai skala 100 aku dan dia memiliki perbandingan 1:2. Contoh sederhana jika kita sedang mengemas sebuah acara. Katakanlah acara keluarga dan kita berdua diminta untuk menjadi party plannernya. 

Buat suamiku : yang penting ADA dan MEMENUHI SYARAT

Beda halnya denganku. Buatku: yang penting ADA, MEMENUHI SYARAT, dan BAGUS tampilannya.

Banyak hal yang kita lalui bersama. 6 tahun menjalin cinta, mungkin tak semudah pasangan-pasangan lain. Atau malah mungkin serupa. Long distance, hambatan komunikasi karena sinyal buruk, atau karena kelelahan bekerja hingga masing-masing ada yang sampai tertidur saat ditelpon hingga menimbulkan pertengkaran. Tetapi sekali lagi, dia tetap SABAR.

Dia memang tak banyak bicara. Bahkan, marah saja dia diam. Namun, dalam diam itulah yang membuatku ngeri. Sampai setelah menikahpun, kami masih long distance. Dia bekerja sebagai guru SMA di SMAK St. Albertus Malang. Sementara aku, bekerja sebagai agendaris di sebuah Bank Sentral di Kota Tegal dengan status outsourcing. 

Begitu besar cintanya dan aku bisa merasakan hal itu. Nyaman dan aman sekali saat aku bersama dengan dia. Di setiap momen selalu kita kesampingkan hal-hal yang tidak mengenakkan. Tentu saja, hal itu karena tak setiap hari kita bisa bersama. 

Tetapi, satu hal yang selalu kita syukuri adalah kita telah dipersatukan oleh Tuhan dalam satu ikatan pernikahan. Apa yang kita perjuangkan, apa yang kita pertaruhkan semuanya tidak sia-sia.

I LOVE YOU, MY HUBBY....